BENARKAH AYAH DAN IBU NABI KAFIR | 37 Masalah Populer Ustadz Abdul Somad
Advertisement
Penawaran Terbatas! Paket Data 25GB Hanya Rp 90.000
Dapatkan kuota besar 25GB untuk semua nomor AS, Loop, dan simPATI hanya dengan Rp 90.000, berlaku selama 30 hari! Internet lancar tanpa khawatir kehabisan kuota, cocok untuk streaming, gaming, dan browsing sepuasnya!
Aktifkan sekarang dan nikmati kebebasan internet!
Read More Beli Paket
Advertisement
MASALAH KE-34: BENARKAH AYAH DAN IBU NABI KAFIR | 37 Masalah Populer Ustadz Abdul Somad
Benarkah Ayah dan Ibu Nabi Kafir?
Allah Swt berfirman,
وَمَا كُنَّا مُعَذِ بِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا
“Dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (Qs. Al-Isra’ [17]: 15).
Sebagaimana kita ketahui bahwa Abdullah dan Aminah hidup sebelum Nabi Muhammad Saw diutus, maka mereka berdua termasuk ahlul fatrah yang tidak diazab sebelum rasul diutus. Demikian keyakinan Ahlussunnah waljama’ah. Demikian juga pendapat Imam Ibnu Taimiah,
فَإِنَّ الْكِتاَبَ وَالسُّنَّةَ قَدْ دَلَّ عَلَى أَنَّ اللَََّّ لَا يُعَذِ بُ أحََدًا إلَّا بَعْدَ إبْلَاغِ ال رسَالَةِ فَمَنْ لَمْ تبَْلُغْهُ جُمْلَةً لَمْ يُعَذِ بْهُ رَأْسًا وَمَنْ بَلَغَتْهُ جُمْ لَةً دُونَ بَعْضِ التعَّْصِيلِ لَمْ يُعَذِ بْهُ إلَّا عَلَى إنْكَارِ مَا قَامَتْ عَلَيْهِ الْحُجَّةُ الرسالية
Sesungguhnya al-Qur’an dan Sunnah menunjukkan bahwa Allah tidak mengazab seorang pun kecuali setelah sampainya risalah kepada mereka. Siapa yang tidak sampai risalah kepadanya secara keseluruhan, maka ia tidak diazab sama sekali. Siapa yang risalah sampai kepadanya secara keseluruhan tapi tidak terperinci, maka ia diazab hanya pada perkara yang ia ingkari saja275.
Adapun hadits,
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللََِّّ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَعَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأبََاكَ فِي النَّارِ
Dari Anas, sesungguhnya seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, di manakah bapakku?”. Rasulullah Saw menjawab, “Di neraka”. Ketika laki-laki itu pergi, Rasulullah Saw memanggilnya, “Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di neraka”. (HR. Muslim).
Yang dimaksud dengan bapak dalam hadits ini adalah paman Rasulullah Saw, yaitu Abu Thalib. Bukan Abdullah. Karena orang Arab biasa menyebut paman dengan sebutan (أَبِي ). Abu Thalib masuk neraka karena tidak beriman setelah rasul diutus. Sedangkan Abdullah meninggal sebelum rasul diutus, maka ia termasuk ahlulfatrah; orang yang hidup sebelum rasul diutus.
Adapun hadits,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَأذَْنْتُ رَب ي أَنْ أسَْتَغْعِرَ لِأُ مي فَلَمْ يَأْذَنْ لِي وَاسْتَأذَْنْتُهُ أَنْ أزَُورَ قَبْرَهَا
فَأذَِنَ لِي
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Aku memohon izin kepada Allah Swt akan mengizinkanku memohonkan ampun untuk ibuku. Tapi Ia tidak memberikan izin kepadaku. Aku meminta izin agar aku ziarah ke kuburnya. Ia mengizinkanku”. (HR. Muslim).
Hadits ini tidak menyatakan bahwa Aminah masuk neraka. Hadits ini hanya menyatakan bahwa Rasulullah Saw tidak diberi izin memohonkan ampunan. Tidak berarti kafir. Karena Allah Swt tetap mengizinkan ziarah ke kuburnya. Seandainya ia kafir, pastilah dilarang ziarah ke kuburnya.
Rasulullah Saw juga pernah dilarang mendoakan seorang shahabat, bukan karena ia kafir, tapi karena ia mati berhutang.
Hadits di atas mesti dita’wilkan, jika tetap bertahan dengan makna tekstual, maka bertentangan dengan nash al-Qur’an. al-Khathib al-Baghdadi menyebutkan satu kaedah dalam menerima hadits,
إذا روى الثقة المأمون خبرا متصل الإسناد رد بأمور ... أن يخالف نص الكتاب أو السنة المتواترة , فيعلم أنه لا أصل له أو
منسوخ
Apabila seorang periwayat yang tsiqah (terpercaya) dan aman dari dusta, ia meriwayatkan hadits, sanadnya bersambung, riwayatnya ditolak disebabkan beberapa perkara… (diantaranya): jika riwayat itu bertentangan dengan nash al-Qur’an dan Sunnah Mutawatirah, maka diketahui bahwa riwayat itu tidak ada dasarnya atau mansukh276. Oleh sebab itu Imam al-Bukhari menolak hadits berikut ini,
عن أبي هريرة قال: أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بيدي فقال: "خلق الله التربة يوم السبت ، وخلق فيها الجبال يوم الأحد، وخلق الشجر يوم الاثنين، وخلق المكروه يوم الثلاثاء، وخلق النور يوم الأربعاء، وبث فيها الدواب يوم الخميس، وخلق آدم بعد العصر يوم الجمعة آخر الخلق في آخر ساعة من ساعات الجمعة، فيما بين العصر إلى الليل
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah Saw menarik tangan saya, beliau bersabda, ‘Allah menciptakan tanah pada hari Sabtu, menciptakan bukit-bukit pada hari Ahad, menciptakan pepohonan pada hari Senin, menciptakan sesuatu yang tidak menyenangkan hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menyebarkan binatang pada hari Kamis, menciptakan Adam setelah ‘Ashar pada hari Jum’at, ciptaan terakhir pada waktu terakhir hari Jum’at, antara Ashar ke malam”. Hadits ini disebutkan Imam Muslim dalam Shahihnya, ditolak Imam al-Bukhari karena bertentangan dengan ayat,
إِنَّ رَب كُمُ اللََُّّ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأرَْضَ فِي سِتَّةِ أيََّامٍ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa”. (Qs. Al-A’raf [7]: 54). Demikian disebutkan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya277.
Maka pilihannya hanya ada dua, menerima nash hadits di atas, tapi dita’wil. Atau digugurkan sama sekali, karena bertentangan dengan nash yang mutawatir. Kaedah mengatakan,
ومتى خالف خبر الآحاد نص القرآن أو اجماعا وجب ترك ظاهره
Apabila khabar Ahad bertentangan dengan nash al-Qur’an atau Ijma’, maka wajib meninggalkan makna zhahirnya278.
Allah Swt berfirman,
وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ
“dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud”. (Qs. Asy-Syu’ara’ [26]: 219).
Makna ayat ini menurut Ibnu Abbas,
أي في أصلاب الآباء، آدم ونوح وإبراهيم حتى أخرجه نبيا
Artinya, Allah melihat perubahan gerak kejadian Nabi Muhammad Saw di tulang sulbi Adam, kemudian Nuh, kemudian Ibrahim, hingga Ia mengeluarkan Muhammad (Saw) sebagai seorang nabi279.
Maknanya, Rasulullah Saw dikeluarkan dari tulang sulbi orang-orang yang sujud, orang-orang yang shaleh dan baik, bukan dari tulang sulbi orang kafir. Dalam hadits dinyatakan,
عن واثلة بن الأسقا قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ان الله اصطعى كنانة من بني إسماعيل واصطعى من بني
كنانة قريشا واصطعى من قريش بني هاشم واصطعاني من بني هاشم
Dari Watsilah bin al-Asqa’, ia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari Bani Isma’il. Ia pilih Quraisy dari Bani Kinanah. Ia pilih Bani Hasyim dari Quraisy. Dan Ia pilih aku dari Bani Hasyim”. (HR. Ahmad).
Komentar Syekh Syu’aib al-Arna’uth tentang kualitas hadits ini,
إسناده صحيح على شرط مسلم رجاله ثقات رجال الشيخين غير أبي عمار شداد وهو ابن عبد الله القرشي فقد أخر له - -
مسلم والبخاري في " الأدب المعرد " وهو ثقة
Sanadnya shahih menurut syarat Muslim. Para periwayatnya adalah para periwayat Tsiqah (terpercaya), para periwayat Shahih al-Bukhari dan Muslim, selain Abu ‘Ammar Syaddad –bin Abdillah al-Qurasyi-. Imam Muslim dan al-Bukhari menyebutkan riwayatnya dalam al-Adab al-Mufrad, ia tsiqah (terpercaya).
Hadits ini jelas menyebutkan bahwa Rasulullah Saw berasal dari orang-orang pilihan, bukan kafir. Rasulullah Saw mengaku tentang nasab dirinya,
إِنَّ اللَََّّ خَلَقَ الْخَلْقَ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِهِمْ مِنْ خَيْرِ فِرَقِهِمْ وَخَيْرِ الْعَرِيقَيْنِ ثمَُّ تخََيَّرَ الْقَبَائِلَ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِ قَبِيلَةٍ ثمَُّ تخََيَّرَ الْبُيُوتَ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِ بُيُوتِهِمْ فَأنََا خَيْرُهُمْ نَعْسًا وَخَيْرُهُمْ بَيْتاً
“Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, Ia jadikan aku dari yang terbaik diantara mereka, dari yang terbaik dari kelompok mereka, dari yang terbaik diantara dua kelompok, kemudian Ia pilih diantara kabilah-kabilah, Ia jadikan aku dari kabilah terbaik, kemudian Ia pilih rumah-rumah, Ia jadikan aku dari rumah terbaik diantara mereka. Aku jiwa terbaik dan rumah terbaik diantara mereka”. (HR. at-Tirmidzi, beliau nyatakan sebagai hadits hasan). Rasulullah Saw berasal dari nasab terbaik, bukan dari orang kafir.
Oleh sebab itu hati-hati ketika membahas orang tua Nabi Muhammad Saw. Karena iman tidak diakui tanpa cinta kepada Rasulullah Saw. Dalam hadits dinyatakan,
لَا يُيْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak beriman salah seorang kamu, hingga aku lebih ia cintai daripada anak kandungnya, daripada ayah ibunya kandungnya dan semua manusia”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Menyinggung orang tua Rasulullah Saw berarti menyakiti Rasulullah Saw. Orang yang menyakiti Rasulullah Saw diancam dengan ancaman keras,
وَالَّذِينَ يُيْذُونَ رَسُولَ اللََِّّ لَهُمْ عَذَابٌ ألَِيم
“Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih”. (Qs. At-Taubah [9]: 61).
Tidak jelas, entah apa motifasi orang-orang yang terus menerus membahas orang tua nabi dalam neraka, mungkin Allah ingin menunjukkan kemunafikannya. Karena hanya orang munafik dan kafir yang menyakiti Rasulullah Saw.
Sumber dari file pdf, 37 Masalah Populer oleh Ustad Abdul Somad Lc MA. Jika terdapat kesalahan copy paste dalam tulisan di atas, terutama untuk huruf arab, silahkan merujuk ke sumber aslinya. Download di sini.
Advertisement