Zaman Tidak Peduli Halal Haram
Zaman Tidak Peduli Halal Haram
حَدَّثَنَا آدَمُ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ، أَمِنَ الْحَلَالِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ»
Artinya: "Akan datang suatu zaman pada manusia yang ketika itu seseorang tidak peduli lagi tentang apa yang didapatnya apakah dari barang halal ataukah haram." (HR. Bukhari)
A. Realita Zaman yang Diisyaratkan Nabi
Hadits ini menjadi refleksi bagi kita semua bahwa apa yang terjadi hari ini telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dari 1400 tahun yang lalu. Di masa sekarang, kita sering melihat bagaimana orang-orang mengejar kekayaan, jabatan, dan status sosial tanpa peduli dengan asal usul harta tersebut. Apakah ia halal atau haram menjadi perkara yang kabur bahkan diabaikan.
Praktek korupsi, manipulasi, suap, dan penipuan semakin membudaya. Bahkan dalam hal bisnis yang seharusnya menjadi ruang keberkahan, kita temui banyak pelaku usaha yang sengaja menghilangkan aspek kehalalan hanya demi keuntungan sesaat.
B. Fenomena: Menghalalkan Segala Cara
Perilaku menghalalkan segala cara kini telah merasuki berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari pejabat tinggi hingga rakyat kecil, godaan materi telah menjadi ujian yang sangat berat. Banyak orang terjebak pada prinsip "yang penting dapat uang", tanpa mempedulikan apakah itu diperoleh melalui jalan yang diridhai Allah atau tidak.
1. Dunia Bisnis dan Ekonomi
Contoh paling nyata bisa kita lihat dalam praktik kecurangan di dunia bisnis: memalsukan produk, memainkan timbangan, menjual barang haram, dan lain sebagainya. Padahal, Allah telah berfirman dalam QS. Al-Muthaffifin ayat 1-3 tentang ancaman bagi orang-orang yang curang dalam timbangan.
2. Dunia Pendidikan
Bahkan di lingkungan pendidikan, nilai kejujuran telah terkikis. Mencontek dianggap hal biasa, bahkan kadang dibenarkan demi ‘masa depan’. Ironisnya, sebagian orang tua justru mendorong anak-anak mereka untuk mengejar nilai tinggi, walaupun dengan cara curang.
3. Politik dan Kekuasaan
Dalam dunia politik, banyak orang berlomba mendapatkan kekuasaan tanpa peduli halal haramnya cara. Sogok menyogok, fitnah, dan kebohongan dijadikan strategi politik. Semua ini merupakan bagian dari tanda-tanda bahwa masyarakat sudah tidak memedulikan kehalalan harta dan perbuatannya.
C. Dampak Sosial: Masyarakat yang Terombang-ambing
Ketika prinsip halal haram diabaikan, maka masyarakat akan hidup dalam kegelisahan. Kehidupan sosial menjadi tidak stabil, hukum tidak ditegakkan secara adil, dan ketimpangan ekonomi semakin nyata. Tidak ada lagi kepercayaan, tidak ada lagi keberkahan dalam harta, bahkan doa pun tidak dikabulkan.
D. Mengapa Manusia Menjadi Tidak Peduli?
Beberapa faktor yang menyebabkan manusia mengabaikan halal dan haram antara lain:
- Kurangnya pemahaman agama dan akhlak
- Hedonisme dan materialisme yang meluas
- Lingkungan sosial yang permisif terhadap dosa
- Minimnya peran ulama dan tokoh agama dalam memberi nasihat di media arus utama
E. Solusi: Kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah
Solusi dari masalah ini hanya satu: kembali kepada nilai-nilai Islam yang murni. Kita perlu mendidik diri sendiri dan keluarga untuk:
- Menanamkan kesadaran tentang pentingnya mencari nafkah yang halal
- Menghindari semua bentuk penghasilan yang meragukan
- Memperbanyak majelis ilmu untuk meningkatkan iman dan takwa
F. Peran Ustadz dan Ulama dalam Membenahi Umat
Ulama dan guru agama memiliki peran penting dalam membenahi umat. Mereka adalah lentera penerang dalam gelapnya zaman. Dengan ilmu dan keteladanan, mereka dapat mengarahkan masyarakat kembali kepada jalan yang diridhai Allah.
Khotbah di masjid, ceramah di media, maupun pengajian di kampung-kampung, harus mulai lebih banyak mengangkat isu akhlak dalam mencari nafkah. Karena di sinilah akar dari banyak kerusakan sosial dimulai.
G. Renungan Pribadi: Bagaimana dengan Kita?
Pertanyaan penting untuk kita renungkan adalah: Apakah nafkah yang kita cari sudah benar-benar halal? Apakah kita menjadi bagian dari solusi atau malah memperparah keadaan?
Mari jadikan hadits Rasulullah sebagai cermin bagi diri kita. Jangan sampai kita menjadi manusia yang disebutkan dalam sabda beliau —yang tak lagi peduli apakah hartanya dari yang halal atau haram.
H. Penutup: Kemenangan yang Hakiki Hanya Didapat dari Halal
Keberkahan hidup tidak ditentukan oleh banyaknya harta, tetapi oleh seberapa bersih dan halalnya harta tersebut. Sebuah rezeki kecil namun halal lebih baik daripada rezeki besar namun haram.
Semoga kita semua menjadi bagian dari golongan yang tetap teguh menjaga kehalalan rezeki, di tengah zaman yang goyah. Dan semoga Allah memudahkan jalan kita menuju keberkahan dan keselamatan dunia akhirat.
“Barangsiapa mencari yang halal, maka dia berada di jalan Allah. Dan barangsiapa mencari yang haram, maka ia berada dalam kemurkaan Allah.”
Share jika bermanfaat.
Jangan lupa tinggalkan komentar atau pendapatmu di bawah!