KH. Zainuddin MZ - Refleksi Keseimbangan Tujuan Hidup Seorang Muslim

wahai tuhan kami berikan kami kebahagiaan di dunia kebahagian di akhirat nanti dan selamatkan kami dari azab neraka..KH. Zainuddin MZ - Refleksi..

KH. Zainuddin MZ - Refleksi Keseimbangan Tujuan Hidup Seorang Muslim


ada satu doa pendek

yang diajarkan Allah melalui al quran

kepada kita semua


doa pendek ini merefleksikan tujuan hidup kita 

sebagai seorang muslim


sehingga sering kali orang menyebut doa ini

sebagai doa sapu jagat

yaitu

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


wahai tuhan kami

berikan kami kebahagiaan di dunia

kebahagian di akhirat nanti

dan selamatkan kami dari azab neraka

KH. Zainuddin MZ Refleksi Keseimbangan Tujuan Hidup Seorang Muslim


dunia dan seluruh isinya

seusungguhnya merupakan tujuan hidup jangka pendek

dari setiap pribadi muslim

tujuan jangka pendek yang mengantarkan kita 

untuk meraih tujuan jangka panjang

yaitu akhirat dan ridho Allah SWT


untuk kedua tujuan ini

islam mengajarkan nilai keseimbangan

bekerjalah buat duniamu seolah kau akan hidup selamanya

tetapi bekerjalah buat akhiratmu seolah kau akan mati besok


nilai keseimbangan ini kemudian diterjemahkan dalam berbagai aspek kehidupannya

dalam berbagai aspek kehidupan

bagaimana si kaya harus membantu yang miskin

bagaimana si miskin harus berusaha

dan hidup tidak menjadi beban bagi yang lain

kelihatan nilai keseimbangan itu

bagaimana si tua menyayangi yang muda

bagaimana yang muda menghormati yang tua

bagaimana tuan rumah menghormati tamu

bagaiman tamu menjadi orang yang tau diri

ini semua merefleksikan adanya nilai keseimbangan


jadi seakan

bung

ini dunia


ambil apa yang perlu

nikmati apa yang boleh

kalau bisa jangan gagal kau di dunia ini

tapi kalau pun kau gagal di dunia

kau kan masih punya akhirat


inilah sumber optimisme kehidupan seorang muslim

dia tidak boleh gagal kalau bisa di dunia ini

tapi kalau pun gagal

kau masih punya akhirat


karena kau punya akhirat

caramu mencapai dunia ini

di warnai oleh keyakinan terhadap adanya akhirat nanti


ini yang menyebabkan seorang muslim berbeda dengan yang lain

dan dia tidak terjebak menghalalkan semua cara

untuk mencapai satu tujuan


keyakinan adanya akhirat

melahirkan etika dalam kehidupan seorang muslim

pada cara bagaimana dia mencapai dunia ini


dia tidak terjebak menghalalkan cara

dunia ini tujuan jangan pendek

ambil apa yang perlu

nikmati apa yang boleh

tapi jangan membuat cacat akhiratmu karenanya


inilah yang membedakan kita dengan yang lain


"iya sih, saya kepingin kaya

tapi kalau korupsi, akhirat saya bagaimana nanti"


"iyalah saya kepingin naik pangkat tinggi jabatan

tapi kalau fitnah orang 

hantam kiri sikat kanan

teman jadi lawan lawanpun jadi teman

akhirat saya bagaimana nanti"


ini melahirkan etika pada tata cara mencapai kehidupan dunia

tidak terjebak menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan

karena apa

tidak satu perbuatan dunia yang bagaimanapun kecilnya 

yang tidak akan berakibat akhirat


raih duniamu

ambil apa yang perlu

nikmati apa yang boleh

tapi pada sisi lain jaga jangan sampai dia membuat cacat 

di akhirat nanti


seorang muslim yang baik tentu yang pandai meraih dua tujuan ini

mencapai 

فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً


sementara rosul pernah mengajarkan

bukan orang yang terbaik dari kamu 

orang yang hanya mengejar dunia dengan menyia nyiakan akhiratnya

seperti juga bukan orang yang terbaik

yang mengutamakan akhirat dengan menyia nyiakan dunianya


tapi orang yang terbaik

man jama'a huma

orang yang pandai mengkombin 

antara keperluan dunia

dan kepentingan akhirat nanti


untuk mencapai tujuan ini

tujuan dunia

dunia sebagai tujuan jangka pendek bisa dicapai dengan ilmu

dengan science, dengan pengalaman, dengan nasib


makin banyak ilmu makin mudah meraih dunia

makin sarat kita dengan pengalaman makin mudah meraih dunia

atau karena faktor nasib

lalu kita bisa meraih dunia


sementara akhirat hanya bisa diraih dengan prestasi ibadah kepada Allah SWT

prestasi ibadah

jadi, dunia kita capai 

dengan prestasi ilmu, prestasi pengalaman atau karena faktor nasib

akhirat kita capai hanya dengan prestasi ibadah kepada Allah SWT


kalaupun ada efek dunianya

dari sholat kita, dari puasa kita, dari haji kita, dari zakat kita

itu sekedar side effect

tapi sasaran utama adalah akhirat dan rido Allah

untuk mencapai dua tujuan ini

Allah memberikan alat


alat untuk mencapai tujuan


dan dalam kaidah ushul fiqh dijelaskan bahwa

lil wasa'il hukmul maqashid

alat dan tujuan hukumnya sama

jadi kalau tujuan kesitu

alatnya harus ada untuk membawa kita ke arah itu


saudara wajib naik ke loteng

tidak bisa naik ke loteng kalau tidak ada tangga

maka tangga itu menjadi wajib adanya


untuk mencapai dua tujuan ini

fid dunya hasanah

wa fil akhirati hasanah


Allah memberikan alat kepada kita


apa alatnya

dalam surat at taubah :111 bis kita lihat


إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ


Allah telah membeli dari orang orang beriman

diri mereka, harta mereka, bagi mereka adalah surga


ayat ini merupakan transaksi yang sangat transfaran

transaksi yang sangat transfaran

pembeli: Allah

penjual: kita orang orang beriman

dagangannya: amwal dan anfus

harta dan diri

harganya: adalah surga

sekali harta dan diri sudah kita jual kepada Allah

tentu tidak akan kita jual lagi kepada yang lain


jadi dengan kata lain


harta itu apa?

semua bentuk materi yang kita kuasai;

uang, tanah, kebun, pabrik dan sebagainya


lalu yang dimaksud dengan anfus diri itu apa?


semua kekayaan yang ada dalam pribadi kita;

konsep, pikiran, ide, wewenang, jabatan, kemampuan, skill

itu semua anfus


untuk tujuan jangka pendek

harta dan diri harus jadi rahmah bagi lingkungan


untuk tujuan jangka panjang

harta dan diri harus menunjang jalan menuju ridho Allah SWT


itulah jalan kalau kita ingin mencapai

فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً

dengan kata lain

yang alat itu

jadikan dia sebagai alat


jangan dia dijadikan tujuan


sekali alat kita jadikan tujuan

maka kita akan kehilangan tujuan yang sebenarnya


begitulah sang waktu sering menggeser alat menjadi tujuan


tujuan kita adalah kekuasaan

tujuan kita adalah kekayaan

tujuan kita adalah popularitas

tujuan kita adalah menghimpun segala macam kekuatan


padahal itu cuma sekedar alat

untuk mencapai

فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً


kalau alat kita jadikan tujuan

kita akan kehilangan tujuan yang sebenarnya

dan akhirnya

kita akan terjerat kepada fatamorgana


kita sangka

itulah tujuan itu

kita sangka kita sudah sampai pada titik yang kita tuju


padahal cuma pandangan yang menipu saja


akhiranya kita terjerat dalam arus siklus 

yang berkali kali diperingatkan olel Al Quran

أَلْهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ

kamu telah celaka


lantaran berlomba lomba menjadikan alat sebagai tujuan

berlomba lomba menjadikan alat sebagai tujuan


karena itu


gunakanlah alat sebagai alat

untuk mencapai tujuan

dan bukan malah alat yang dijadikan tujuan


berapa banyak pun harta kita miliki

dia cuma alat


setinggi apa pun kedudukan yang kita capai

dia cuma alat


sebanyak apa pun ilmu pengetahuan yang kita kuasai

dia cuma sekedar alat


untuk mencapai

فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً


dengan puasa ramadhan kita harapkan menjadi laboratorium rohani

yang membina nilai nilai keseimbangan


sebab


kalau tidak ada nilai keseimbangan

akan pincanglah gaya kehidupan kita


tidak mustahil kita terjebak pada materialisme

hedonisme, yang pada akhirnya lagi lagi

mengantarkan kita kepada fatamorgana


semoga ibadah puasa makin menyadarkan kita

untuk memperalat yang memang alat

dan menjadikan tujuan yang memang tujuan

untuk mencapai

فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً



Mau support lewat mana?

Terbantu dengan artikel ini? Ayo balas dengan Support Kami. Tekan tombol merah!

Posting Komentar

© ARMAILA.com. All rights reserved. Developed by Saifullah.id