Sifat Pemimpin Dalam Islam; Bersedia Diluruskan Saat Lupa

Sifat Pemimpin Dalam Islam; Bersedia Diluruskan Saat Lupa | Muadzin sudah mengumandkan adzan tanda waktu jum'at sudah masuk. Khatib mulai memberikan wasiat wasiat nya kepada segenap jama'ah untuk senantiasa menambah ketakwaan kepada Allah, karena hanya ketakwaan lah yang kelak akan dibawa dan menemani perjalanan panjang menuju akhirat.

Sifat Pemimpin Dalam Islam; Bersedia Diluruskan Saat Lupa

Selang 30 menit, khutbah selesai dan dilanjutkan dengan sholat jum'at 2 rokaat. Seorang imam maju kedepan memimpin sholat jum'at secara berjama'ah.

Saya duduk di shaf kedua saat itu pada baris bagian kanan. Agak jauh dari bagian tengah. Sholat dilaksanakan dengan lancar pada rokaat yang pertama. Saat memasuki rakaat kedua tepatnya pada saat pembacaan tsani atau ayat pendek setelah bacaan al Fatihah. Imam sepertinya lupa ayat yang harus belia sambungkan. Akhirnya ada makmum yang mencoba memberikan petunjuk ayat yang harus dibaca selanjutnya. Dalam istilah fiqih namanya Fath ‘ala al imam (فتح على الإمام) yang dilakukan oleh makmum saat imam lupa.

Berhubung imam lupa dan tidak bisa meneruskan maka imam menggantinya dengan surat yang lain.

Pelajaran Yang Dipetik

Selesai sholat, sambil melangkah pulang kerumah. Saya berfikir betapa toleransinya islam dalam mengatur kehidupan manusia. Seorang yang memiliki derajat lebih sebagai contoh seorang Imam masih berhak untuk ditegur oleh makmum jika ternayata dia salah atau lupa apa yang harus dilakukannya. Imam yang mengetahui hakikat nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran akan menampung hal tersebut tentunya.

Di dalam khidupan muslim. Keimaman itu dilatih 5 kali dalam sehari semalam. Hal ini akan memperkokoh keyakinan untuk persatuan sehingga tidak ada perpecahan dalam komunitas.

Berangkat dari aktifitas ibadah. Maka hal ini juga berlaku dalam aktiftias sosial masyarakat. Sudah selayaknya seorang pemimpin bersedia menerima saran dan masukan serta bersedia untuk ditegur jika salah. Apalagi prinsip manusia itu tidak ada manusia yang sempurna.

Walau demikian, tidak semua orang secara otomatis bisa sesuka hati memberikan krtikan saran dan masukan. Seperti contoh saat sholat. Orang yang paling berhak dan bertanggung jawab adalah orang yang tepat berada di belakang yang memiliki kapasitas menggantikan imam jika seandainya imam batal.

Makmum paling belakang yang paling jauh dari Imam tentu tidak harus menegur dan meluruskan imam dengan berteriak dari belakang.

Semoga saja pemipin yang bersedia menerima saran dan masukan serta adil kepada rakyatnya akan diberikan naungan oleh Allah pada hari akhirat kelak. Amin


Mau support lewat mana?

Terbantu dengan artikel ini? Ayo balas dengan Support Kami. Tekan tombol merah!
© ARMAILA.com. All rights reserved. Developed by Saifullah.id