HIDUPKAN PEREKONOMIAN ORANG TERDEKATMU

*HIDUPKAN PEREKONOMIAN ORANG TERDEKATMU*
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Sebagai ibu yg berperan mengatur lalu lintas keuangan rumah tangga, wajib memastikan semua jalur lancar. berhitung sampai angka ribuan untuk memastikan semua tercukupkan. Krn nya, penting untuk mencari selisih harga yg lebih murah walau hanya seribu dua ribu rupiah.

*Tapi,*

HIDUPKAN PEREKONOMIAN ORANG TERDEKATMU

rupanya hidup tak perlu seteratur itu. 

Ada elemen lain yg justru jauh lebih penting  dari sekedar harga yg lebih murah.

yaitu, *Rasa Peduli* untuk saling memajukan ekonomi.

Duluuuuu...aku pernah bertetangga dgn seorang Oma yg memiliki informasi harga harga sangat akurat.

"Jangan beli telur di warung bapak A, sekilo 18 ribu, mending di toko X, cuma 16ribu,"

"Aduh, jangan beli Indomi di warung bapak B, ke Indom*** aja, lg ada diskon beli 10 gratis 1,"

"Ngapain beli minyak goreng di warung ibu C, 2 liter 27ribu, di Gian* lg ada promo 24ribu,"

dst nya.... 

Seperti kebanyakan orang, aku pun kala itu ke warung tetangga hanya beli garam *(itu juga karena lupa beli di pasar)* beli saos atau sambel sachet *(saat kepepet krn stok abis dan belum belanja ke supermarket)*

Sampai sebuah pelajaran mengajariku *artinya tetangga, artinya saudara.*

Keluarga si Oma ada yg meninggal dunia, jam kerja, hari kerja. lingkungan sepi, sebagian besar sudah terlanjur menggeluti aktifitas rutin. hanya menyisakan ibu ibu rumah tangga serta *bapak pemilik warung tetangga.*

Dan si bapak pemilik warung, *tanpa berpikir kehilangan omset seharian penuh, menutup rapat warungnya, dan datang ke rumah Oma* mempersiapkan segala sesuatu sebelum tamu2 yg melayat berdatangan.

Memindahkan kursi2 jati, menggeser lemari, menggelar karpet, atas instruksi pak ErTe di telpon (pak ErTe lg dikantor) memesan tenda, kursi, air minum, dll.

Bagaimana dgn saudara2 si Oma? mereka seperti kami kebanyakan disini, perantau semua, saudara berdomisili jauh jauh, jd yg bergerak cepat adalah tetangga terdekat, karena jam kerja dan hari kerja, jd yg totalitas membantu hanyalah bapak si pemilik warung.  dan ini nggak sekedar di hari pertama berduka saja, bahkan berawal ketika harus mengantar ke rumah sakit saat pertama mau dirawat, meninggal, sampai berhari hari setelah hari duka pun tamu masih terus berdatangan, bapak warung yg mengatur parkir, memastikan kendaraan terparkir aman, mengangkat berkardus air mineral, sampai meminta pd tukang sampah untuk bersegera mengangkat sampah yg menumpuk di rumah duka.

Kisah ini mengajariku banyak hal. *bahkan, andaikan Oma belanja tiap hari pun ke warung si bapak tetangganya, *rasanya tak cukup untuk membayar jasa kepedulian si bapak padanya.*

Sementara, *apa bantuan yg diberikan oleh supermarket atau toko toko keren yg selalu dikoarkan?* Jangankan menutup seharian,  rela kah mereka tutup setengah jam saja?

*Artinya apa?*

Dalam hidup, banyak masanya kita harus melepaskan kalkulator hitungan.

*Nggak perlu berpikir keras demi irit seribu, dua ribu, lima ribu.*

santai sajalah..

Justru uang mendekat pada orang orang yg santai pada uang.

Ini bukan soal mengharapkan bantuan semata kala ada berita duka.

lebih dari itu... 

Untung seribu dua ribu bagi warung tetangga, toh itu untuk biaya sekolah anaknya,  untuk memenuhi kebutuhan anak anaknya, dan anaknya adalah teman bermain anak kita, yg kalo ada makanan dibagi ke anak kita, kalau ada mainan di mainkan bersama anak kita, bukankah anak mereka artinya anak kita juga?

*Lantas kenapa kita berhubungan baik dgn tetangga, tapi giliran urusan uang, kita merasa sedemikian rugi membayar mahal seribu dua ribu?*

Saatnya kita hadirkan rasa kasih saat bertransaksi.

Secara perlahan, beli semua kebutuhan kita pd orang terdekat kita. mau beli minyak goreng, pembalut, sabun mandi, detergent, gula, telur, ....beli lah ke warung tetangga. dukung perekonomian mereka.

Mau beli sepatu, baju, lipstik, jilbab, baju anak, mukena, ingat ingat dulu, siapa saudara atau teman kita yg jualan barang barang itu, prioritaskan membeli ke mereka, kalau nggak ada yg cocok baru cari ke tempat lain.

Jual beli adalah transaksi antar manusia yg dibebaskan ke siapa saja, tapi nggak ada salahnya selalu kita selipkan niat mulia dalam setiap transaksi kita. transaksi jual beli kita bingkai dalam format ibadah, agar Allah ridho. Semoga keuntungan yg didapat oleh saudara, teman atau tetangga kita dapat memajukan perekonomiannya. Pastikan uang yg kita keluarkan sampai pd tangan yg tepat, yg akan menjadi manfaat. bukan pada pengusaha yg entah siapa, yg keuntungan nya entah buat apa, 

Rasanya, jika kita semua mulai berpikir bijak, tak ada warung tetangga yg bangkrut, tak ada tetangga yg akan kesulitan.

*"Tapi selisihnya lumayan banget...kalo di total belanjaan sebulan, kita rugi 200ribu..."* mungkin ada yg akan protes begini.

Oke...kita buktiin yuuuk, kita nggak akan bangkrut gara gara 200ribu, belanja ke warung tetangga itu wahana sulaturahhim, itu pembuka pintu rejeki juga

Liat saja nanti cara Allah bekerja, akan banyak rejeki tak terduga, *justru berbagi rejeki dgn tetangga akan membuat kita semakin kaya.*

Kita mulai hari ini, perlahan lahan, kita saling memajukan perekonomian. Aamiin

*Yook kita Belanja kewarung tetangga muslim-muslimah.. Market Syariah, 212 Mart, 🤝*

Sumber : WAG Investor 212Mart Surabaya


Mau support lewat mana?

Terbantu dengan artikel ini? Ayo balas dengan Support Kami. Tekan tombol merah!

Posting Komentar

© ARMAILA.com. All rights reserved. Developed by Saifullah.id