Cerpen Islami Hikmah di Balik Cobaan Berat

cerpen islami romantis Cerpen Islami Hikmah di Balik Cobaan Berat kumpulan cerpen islami asma nadia cerpen islami pernikahan cerpen islami lucu cerpen islami helvy tiana rosa cerpen islami terbaru kumpulan cerpen islami cerpen cinta islami Cerpen Islami Tutuplah Auratmu Kawanku Cerpen Islami Kehidupanku di Negeri Setengah Mesir Cerpen Islami Kalam Ilahi Cerpen Islami Anak Menggugat Arwah Ayahnya
Cerpen Islami Hikmah di Balik Cobaan Berat | Pagi itu, Regina seorang gadis kecil bermata biru berambut pirang, terlihat berpakaian rapi dengan parfum yang amat wangi. Ia telah dinanti Ayahnya di depan pintu gerbang rumah sang Bunda. Iya, Ayah dan Bundanya tak bersama lagi, namun mereka tetap berhubungan satu sama lain. Regina sangat bahagia sekali walaupun keluarganya tak bersatu lagi namun ia disayang layaknya anak yang masih punya keluarga yang sempurna.

Suatu hari, sang Bunda jatuh sakit dan terpaksa dibawa ke rumah sakit. Bundanya terkena ledakan bom di kantornya yang menyebabkan luka bakar di sekujur tubuh Bunda Regina. Regina yang mengetahui Bundanya sekarat itu tak henti-hentinya menagis. Sang Ayah mencoba menenangkan dan menghibur Regina dengan kasih sayang yang amat tulus, namun Regina tetap saja menangis walau tak begitu sedu. Setelah satu hari menunggu Bunda di luar, Regina dan Ayahnya diperbolehkan dokter untuk masuk menjenguk Bunda tanpa harus bersuara berisik. Mereka masuk ke dalam ruangan sambil berhati-hati untuk menjaga ketenangan. Mereka berdua memanjatkan doa berharap seakan-akan sang Bunda siuman. Sang Ayah berpamitan kepada Regina untuk ke luar sebentar mencari nasi untuk disantap sebagai makan malam. Setelah sang Ayah pergi Regina berbisik lirih di telinga Bundanya.
armaila.com - Cerpen Islami Hikmah di Balik Cobaan Berat

==================
Cerpen Islami Hikmah di Balik Cobaan Berat
kumpulan cerpen islami asma nadia
cerpen islami pernikahan
cerpen islami lucu
cerpen islami helvy tiana rosa
cerpen islami terbaru
kumpulan cerpen islami
cerpen cinta islami
 ==================

“Bun, kenapa Bunda harus terbaring di sini, terbaring di tempat sempit dan berbau obat ini? Kenapa Bunda harus masuk ke tempat yang tak selayaknya Bunda masuki?”
Dengan raut wajah Regina yang begitu memelas, ia mulai meneteskan air mata sedikit demi sedikit air mata itu membasahi pipi Regina yang manis itu. Ayah datang membawa dua bungkus nasi kucing yang ia beli di depan rumah sakit, Regina langsung mengelap air yang membasahi pipinya.
“Nih Ayah bawakan kamu nasi, gih dimakan kamu kan belum makan dari tadi,” bujuk Ayahnya.
Tapi Regina menjawab dengan pasti, “Tapi Bunda belum makan dari tadi, Ayah nggak kasihan sama Bunda?”
“Bunda udah pakai infus sayang, jadi nggak perlu makan, lagi pula kalau Bunda makan gimana caraya,” kata sang Ayah memperjelas.
Akhirnya dengan bujukan sang Ayah Regina mau menyantap makan malam dengan nasi sederhana itu.
Suatu ketika, Regina harus masuk rawat inap mungkin karena terlalu lelah menunggu sang Bunda siuman dari koma panjangnya.
“Hmm Ayah sedih kamu masuk ke sini,” kata Ayah sambil mengelus kening Regina dengan lembut.
“Tapi di sini, di ruang ini Regina bisa merasakan terbaring lemah tak berdaya walau tak selemah Bunda,” kata Regina kaku kepada Ayahnya.
“Tetapi tak begini juga caranya sayang,” kata sang Ayah menjelaskan.
Terlihat dokter sedang memanggil Ayah, Ayah pun mendekat berharap ada kabar baik dari kesehatan Bunda Regina. Oh Ayah salah ternyata Bunda Regina bukanya semakin membaik malah tambah kritis.
“Pak begini Bunda Regina semakin lama semakin kritis kemungkinan tanpa mukzijat Tuhan, besok ia sudah tiada,” kata dokter terlihat ragu.
“Hah nggak mungkin dok, nggak mungkin, bagaimana jika Regina tahu kalau Bundanya akan meninggal?” tanya Ayah ke dokter dengan bingung.
“Saya turut berduka cita saja pak, Bapak harus sabar dan tabah dengan semua yang terjadi ini,” kata dokter sambil berlalu pergi.
“Rasanya hidup tiada artinya, gimana kalau Regina tahu, gimana kalau ia tahu Bundanya akan segera tiada, bagaimana? mungkin aku harus berdoa dan beribadah berharap Sang Pencipta memberi mukzijat.” kata Ayah dalam hati dan berpamitan untuk ke musala seberang.
“Ya Allah Ya Tuhanku berikan kesembuhan kepada mantan isteriku dan anak manisku berikan mukzijatmu. Ya Allah karena hanya Engkaulah yang bisa ku mintai pertolongan,” doa Ayah dalam selesai salat.
Sekembalinya Ayah ke ruangan Regina dirawat, Regina sudah tiada, pergi ke mana dia, setelah dicari ternyata dia sedang menangis di ruang IGD sang Bunda dirawat.
“Oh Regina sayang mengapa kau menangis?” tanya Ayah kebingungan.
“Ayah tak usah bohong, aku tahu jika besok Bunda akan meninggal.”
“Siapa yang bilang sayang, itu semua salah.”
“Buktinya hp Ayah ada sms dari tante Tuti, kalau Bunda akan meninggal besok,” bentak Regina.
“Itu kan hanya dokter yang memprediksi hanya yang di atas yang tahu. Sudahlah sayang lebih baik kita berdoa saja berharap Bunda diberi kesembuhan,” kata Ayah dengan lembut.
Dengan kesungguhan dan pecaya Bunda kan sembuh, Regina selalu berdzikir, berdoa, meminta pada Sang Kuasa agar sang Bunda bisa sembuh seketika. Selesai berdoa Regina menangis dan berbisik lirih pada sang Bunda.
“Bun, kalau Bunda udah nggak kuat aku ikhlas Bunda harus pergi, tapi kalau Bunda masih pengin hidup aku dan Ayah akan mencoba membantu Bunda.”
Tanpa memperhatikan Bundanya lagi Regina berlari dengan langkah yang terpapah-papah karena belum pulih. Sang Ayah yang masih menunggu di IGD melihat Bunda Regina meneteskan air mata, Ayah pun spontan senang dan memanggil dokter untuk menanganinya.
“Sungguh luar biasa kuasa Tuhan ini aku tak menyangka bahwa ia secepat ini pulihnya, kau sangat beruntung,” kata dokter kepada Ayah.
Terlihat kondisi Bunda yang semakin membaik, dokter memindahkannya ke ruang rawat inap biasa tepat di samping aku berbaring. Huft Bunda secepat ini sembuh, aku amat bahagia begitu juga Ayah.
Lima Minggu kemudian Bunda diperbolehkan pulang dan Ayah memutuskan untuk rujukan lagi ma Bunda. Sebelumnya aku tak tahu mengapa Tuhan memberikan cobaan seberat ini namun sekarang aku tahu Dia memberi cobaan ternyata untuk ini, untuk kebahagiaanku. Tak sia-sia aku harus melawan badai kehidupan, tak sia-sia aku menangis, tak sia-sia Bunda harus sakit-sakitan, tak sia-sia Ayah mencari uang, hanya demi kesempurnaan sebuah keluarga kecil ini. Makasih Ya Allah.

Cerpen Karangan: Taqiyya Hikma Rodhiyya
Facebook: Taqiyya Hikma
School: Junior High School 1 Wonogiri
Adress: Giritontro, Wonogiri, Central Java


Mau support lewat mana?

Terbantu dengan artikel ini? Ayo balas dengan Support Kami. Tekan tombol merah!

Posting Komentar

© ARMAILA.com. All rights reserved. Developed by Saifullah.id