Alasan Tembak Mati Pelaku Begal

Advertisement
Advertisement
Sudah lama tidak pernah diupdate blog ini, kali ini coba menulis sesuatu yang ringan sambil melatih jari tangan mengetik dan mencet mencet tombol keyboard laptop ini. Alasan mengapa harus tembak mati ditempat pelaku begal menjadi topik pilihan armaila musara kali ini. Alasan mengapa harus ditembak ini bersumber dari komentar facebookerdi forum 10 jam yang lalu ketika tribun menurunkan berita tentang “Begal Asal Malang Tewas Ditembak Polisi di Pasuruan”. Nah ide cemerlang itu ane share aja disini hitung hitung nambah tulisan.
 
Alasan Tembak Mati Pelaku Begal
Alasan Tembak Mati Pelaku Begal
Berikut ini alasan mengapa pelaku begal berhak dan wajib ditembak ditempat

1.      Efek Jera
Selama ini pelaku begal tetap terus menjamur karena tidak ada sanksi yang membuat mereka jera baik untuk pelaku begal pada saat itu maupun oknum begal yang lainnya. Dengan mempublikasikan di media berita matinya begal di dor oleh polisi akan membuat ciut dan kecut pelaku begal lainnya.

2.      Tidak Mungkin lagi diulangi lagi oleh pelaku begal
Sudah pasti nih, karena pelakunya sendiri dah lenyap. Terserah dilenyapin secara terhormat atau dibakar sekalian. Jika melihat keadaan selama ini, adanya amukan massa itu adalah hal yang wajar karena melihat lemahnya penegakan hukum jika dibawa kejalur hukum, so tembak aja biar gak terulangi lagi.

3.      Menghemat anggaran negara
Kekayaan negara tidak perlu dikuras karena terus terusan mengurus para pelaku begal. Dengan merontokkan satu persatu pelaku begal dan tidak memberikan hak hidupnya adalah salah satu metoda menghemat anggaran negara walaupun kekayaan negara itu disalah gunakan oleh sebagian oknum tanpa memperhatikan dan menimbang akibat dari ulahanya terhadap dirinya terlebih kepada bangsa ini.

4.      Tidak memerlukan proses hukum yang bertele tele
Jika pelaku begal ditangkap dan dibawa keranah hukum bakal ada proses hukum sebelum penetapan dan eksekusi hukum atas kejahatannya. Nah dengan memasukkan timah panas ke tengkorak kepala begal tentu tidak perlu lagi menghabiskan dana walaupun mengurangi job pengacara :).

5.     Anggaran LP bisa digunakan untuk kemaslahatan umat
Dengan tidak bertambahnya penghuni penjara maka tidak perlu dibangun lagi dan disediakan ruang inap dan maka gratis untuk pelaku begal. Dengan melumpuhkan langsung pelaku begal maka si begal sudah dapat hunian disana di neraka

6.      Mengurangi populasi manusia TAK PANTAS HIDUP
Ini yang paling menarik, salah satu penyebab kehidupan saat ini berkurang rasa untuk dinikmati, pagi siang dan malam adalah karena bertebarannya manusia tak pantas hidup ini. So dengan menumpas mereka dengan tembak ditempat maka populasi manusia tidak pantas hidup ini akan berjalan dengan baik.

Demikianlah opiniku alasan mengapa harus tembak mati ditempat pelaku bega. Ada saran dan masukan?

Update 30 Juni 2025

Kisah Tragis Begal Sadis yang Menyayat Hati

Kisah Tragis: Tangisan Seorang Wanita di Tengah Eksekusi Begal Sadis

Di suatu masa lampau, di sebuah negeri yang kini hanya hidup dalam catatan sejarah, tersebutlah seorang raja yang dikenal keras dan tegas dalam menegakkan keadilan. Ia tidak ragu menjatuhkan hukuman mati kepada siapa pun yang melanggar hukum kerajaan. Suatu pagi yang kelabu, rakyat berkumpul di alun-alun untuk menyaksikan eksekusi tiga orang laki-laki yang dituduh melakukan perampokan disertai kekerasan—apa yang sekarang kita kenal sebagai begal sadis.

Ketiga pria itu dituduh telah melakukan pembegalan terhadap seorang pedagang kaya. Tidak hanya merampas harta korban, mereka juga menganiayanya hingga tewas. Karena kejahatan mereka dianggap sangat keji, raja memutuskan mereka harus dihukum pancung di depan publik sebagai peringatan bagi siapa saja yang mencoba melanggar hukum.

Ketika Tangisan Menghentikan Algojo

Ketika algojo mengangkat pedangnya, dan waktu seolah membeku di antara detik ketegangan, tiba-tiba terdengar suara tangisan histeris dari kerumunan. Seorang wanita muda menerobos barisan penjaga, berlari sambil meronta dan menjerit penuh duka. Air matanya mengalir deras. “Ampun, Paduka Raja!” teriaknya. “Jangan eksekusi mereka, salah satu dari mereka adalah...” Suaranya tercekat oleh tangis yang menyesakkan dada.

Sang Raja memberi isyarat agar algojo menghentikan eksekusi. Ia memerintahkan agar wanita itu dibawa ke hadapannya. “Siapa kau? Dan apa hubunganmu dengan ketiga pria ini?” tanya Raja dengan suara berwibawa.

Dengan tubuh gemetar dan suara terbata, wanita itu menjawab, “Salah satu dari mereka... adalah suamiku.”

Sebuah Pengakuan yang Menggetarkan

Raja terdiam sejenak. Penonton ikut terhening. Dalam detik-detik sunyi itu, wanita itu bercerita. Ia adalah istri dari pria pertama yang akan dihukum. Ia bercerita bagaimana kemiskinan mendera keluarga mereka, bagaimana sang suami yang dulunya jujur berubah menjadi nekat karena tidak bisa membayar utang dan membeli makanan untuk anak-anaknya. Dalam tekanan ekonomi, ia bergabung dengan dua pria lainnya—yang dikenal memiliki rekam jejak kriminal. Mereka merancang aksi pembegalan terhadap pedagang kaya demi bertahan hidup.

Penyebab Begal: Bukan Sekadar Kejahatan, Tapi Juga Jeritan Sosial

Cerita itu menggugah hati banyak orang. Memang, tindakan mereka tidak bisa dibenarkan. Namun, pengakuan sang istri memberi cahaya baru bagi sang Raja untuk memahami bahwa penyebab begal tidak selalu hitam putih. Banyak pelaku kejahatan bukan dilahirkan jahat, tetapi terjerumus karena desakan ekonomi, tekanan sosial, atau lingkungan yang buruk.

Kisah ini sangat relevan dengan berita begal motor hari ini yang marak terjadi di berbagai kota besar, termasuk di Medan. Banyak kasus pembegalan yang dilakukan oleh orang-orang yang kehilangan pekerjaan, tidak memiliki penghasilan tetap, atau bahkan anak-anak muda yang terpengaruh geng motor jalanan.

Begal Medan: Realita yang Mengkhawatirkan

Dalam beberapa bulan terakhir, kasus begal Medan mendominasi berita lokal dan nasional. Aksi mereka sangat kejam—menyerang pengguna motor yang melintas di jalanan sepi, bahkan tidak segan melukai atau membunuh korbannya. Dalam beberapa berita, disebutkan bahwa kelompok begal ini beranggotakan remaja usia 15–20 tahun. Kekejaman mereka mengingatkan pada kisah-kisah seperti dalam cerita ini. Apakah kita hanya akan mengecam dan menghukum, atau mencoba mencegah penyebabnya sejak awal?

Kepanjangan Begal: Bukan Sekadar Istilah

Sebagai informasi tambahan, banyak masyarakat masih belum mengetahui bahwa kepanjangan begal sebenarnya bukan istilah resmi. Kata "begal" berasal dari istilah Betawi untuk pencuri atau perampok jalanan. Namun kini, maknanya telah melebar menjadi pelaku kejahatan yang mengandalkan kekerasan di jalan, sering kali menggunakan senjata tajam untuk mengintimidasi atau melukai korban.

Pesan Moral dan Harapan

Raja akhirnya memutuskan untuk menunda eksekusi. Ia mengirim ketiga pria itu ke penjara untuk diselidiki lebih lanjut, dan memerintahkan menteri sosial kerajaan untuk mendata rakyat miskin dan mencarikan solusi ekonomi agar tidak semakin banyak yang terjerumus ke jalan kriminal. Wanita itu pun sujud syukur dan memeluk anak-anaknya yang telah ditinggalkan sang suami selama pelarian.

Kisah ini mengandung pesan yang kuat: bahwa keadilan harus disertai belas kasih, dan solusi jangka panjang tidak datang dari pedang algojo, tapi dari pemahaman atas akar masalah.

Begal Tertangkap Hari Ini: Haruskah Kita Selalu Bersorak?

Setiap kali kita membaca begal tertangkap hari ini di berita, hati kita sedikit lega karena satu bahaya telah hilang. Namun, apakah kita sadar bahwa untuk satu yang tertangkap, ada banyak yang masih berkeliaran? Dan lebih penting lagi, sudahkah kita menangani akar dari masalahnya?

Hukuman memang penting, tetapi pencegahan jauh lebih mulia. Pendidikan karakter, lapangan pekerjaan, perlindungan sosial—itulah yang akan menekan angka begal secara nyata, bukan hanya headline berita.

Penutup

Kisah ini bukan hanya dongeng masa lalu. Ia adalah cerminan dari realita hari ini—tentang keluarga yang kehilangan harapan, tentang penguasa yang harus memilih antara hukum dan hati nurani, tentang kita yang sering cepat menghakimi tapi lambat memahami.

Semoga cerita ini tidak hanya menjadi pengingat, tetapi juga panggilan bagi kita semua: untuk lebih peduli, lebih peka, dan lebih terlibat dalam menciptakan masyarakat yang adil dan manusiawi.

Advertisement

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Iklan

Close x