SALAF DAN SALAFI | 37 Masalah Populer Ustadz Abdul Somad

MASALAH KE-36: SALAF DAN SALAFI | 37 Masalah Populer Ustadz Abdul Somad

SALAF DAN SALAFI | 37 Masalah Populer Ustadz Abdul Somad 37 Masalah Populer Ustadz Abdul Somad 37 masalah populer ustadz abdul somad pdf  77 masalah populer abdul somad  99 masalah populer abdul somad  99 masalah populer abdul somad pdf  free download 37 masalah populer  37 masalah populer abdul somad pdf download  buku ustadz abdul somad pdf  buku abdul somad pdf

Salaf dan Salafi
Salaf secara bahasa adalah orang-orang terdahulu, sebagai lawan kata khalaf atau orang-orang yang datang belakangan.
Adapun batasan Salaf, sebagaimana pendapat al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani adalah orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama Hijrah, berdasarkan hadits,

إِنَّ خَيْرَكُمْ قَرْنِي ثمَُّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sesungguhnya sebaik-baik kamu adalah abadku. Kemudian orang-orang setelah mereka. Kemudian orang-orang setelah mereka. Kemudian orang-orang setelah mereka”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).



Sedangkan para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab (1115-1206H / 1703-1792M) yang disebut Wahhabi menisbatkan diri kepada Salaf.
Demikian menurut Syekh ‘Athiyyah Shaqar mantan mufti al-Azhar,

وظهر أخيرا من يطلقون على أنعسهم "السلعية" نسبة إلى السلف أى القدامى وحددهم ابن حجر حين سئل عن عمل المولد
النبوى بأنهم أهل القرون الثلاثة وشاعت هذه التسمية عند الوهابيين الذين يأخذون بمذهب محمد بن عبد الوهاب ، الذى
انتشر فى السعودية وصار مذهبا لهم ، وذلك لتبرمهم بأن منبعهم هو هذا المذهب الجديد، الذى اهتموا فيه بآراء ابن تيمية ،
وعملوا على نشرها فى العالم الإسلامى كله .

Akhir-akhir ini muncul mereka yang menyebut diri mereka kelompok Salafi, dinisbatkan kepada Salaf, artinya: orang-orang di masa lalu. Al-Hafizh Ibnu Hajar memberikan batasan -ketika ditanya tentang Maulid Nabi- bahwa Salaf adalah orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama (Hijrah). Kemudian nama ini populer digunakan orang-orang Wahabi yang mengikuti mazhab Muhammad bin Abdul Wahhab (1115-1206H / 1703-1792M) yang tersebar di Saudi Arabia, kemudian menjadi mazhab bagi mereka, karena mereka sudah menetapkan diri bahwa mereka berasal dari mazhab baru tersebut. Mereka sangat perhatian dengan pendapat-pendapat Ibnu Taimiah dan menyebarkannya di seluruh dunia Islam290.

Untuk membedakan antara Salaf asli dengan orang yang men-salaf-salaf-kan diri, maka istilah yang populer untuk orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama Hijrah adalah kalangan Salaf atau Shalafushshaleh, sedangkan orang yang mengaku-ngaku salaf adalah istilah Salafi-Wahhabi.

Pro - Kontra Tentang Salafi-Wahhabi:
Pendapat Syekh Abdul ‘Aziz Ibnu Baz:
السلعية: نسبة إلى السلف، والسلف: هم صحابة رسول الله صلى الله عليه وسلم وأئمة الهدى من أهل القرون الثلاثة الأولى
رضي الله عنهم الذين شهد لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم بالخير في قوله
خير الناس قرني ثم الذين يلونهم، ثم الذين «» يلونهم، ثم يجيء أقوام تسبق شهادة أحدهم يمينه ويمينه شهادته
(1)رواه الإمام أحمد في مسنده
(1 ) الإمام أحمد ) 4 /
426 ، 427 ، 479 (، والبخاري ]فتح الباري[ برقم ) 2651 ، 3650 ، 6428 ، 6695 (،
ومسلم برقم ) 2535 (، وأبو داود برقم
( 4657 (، والترمذي برقم ) 2222 ، 2223
والبخاري ومسلم والسلعيون : جما سلعي نسبة إلى السلف، وقد تقدم معناه، وهم الذين ساروا على منها السلف من اتباع
الكتاب والسنة والدعوة إليهما والعمل بهما، فكانوا بذلك أهل السنة والجماعة .

Salafi dinisbatkan ke Salaf. Salaf adalah: para shahabat Rasulullah Saw dan para imam dari tiga abad awal Hijrah. Allah Swt meridhai mereka dan Rasulullah Saw telah mempersaksikan kebaikan mereka dalam sabdanya, “Sebaik-baik manusia adalah abadku, kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka. Kemudian datang beberapa kaum yang persaksiannya mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya”. (HR. Ahmad dalam Musnadnya, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud dan at-Tirmidzi).
Imam al-Bukhari, Imam Muslim dan orang-orang Salafiyyun, bentuk jamak dari kata Salafi, dinisbatkan kepada Salaf, telah dijelaskan maknanya, mereka adalah orang-orang yang berjalan di atas manhaj kalangan Salaf; mengikuti al-Qur’an dan Sunnah, mengajak kepada al-Qur’an dan Sunnah dan mengamalkannya. Dengan demikian mereka adalah Ahlussunnah waljama’ah300.

Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin301:
أولاً: يجب أن نعلم أن السلعي ليس محصوراً على فئة معينة، كل من تمسك بمذهب السلف فهو سلعي، هذا السلعي سواءً
تقدم زمنه أو تأخر.
وأما أن نجعله في فئة معينة نقول: هيلاء سلعيون وهيلاء عقلانيون فهذا غلط، ولكن ليعلم أن من العلماء من يغلب جانب
العقل ومنهم من يغلب جانب الشرع، ولهذا تجد في كتب الخلاف العقهية إذا أرادوا أن يتكلموا عن أصحاب أبي حنيعة رحمهم
الله يصعونهم بأنهم أصحاب الرأي؛ لأن عندهم أصحاب الدليل وأصحاب الرأي.
فخذ هذه القاعدة: السلعي من تمسك بمذهب السلف ولا يختص بطائعة معينة، ولا يجوز أن نصنف الناس ونقول: هيلاء
سلعيون وهيلاء عقلانيون، أو ما أشبه ذلك.
أقول: السلعي من أخذ بمذهب السلف عقيدة وقولاً وعملاً في أي مكان، ولا يصح أن نقسم المسلمين ونقول: هذا عقلاني،
وهذا سلعي وما أشبه ذلك، بل يجب على الجميا أن يكونوا سلعيين، لا على أنها مسألة حزبية لا، على أنها هي الحق، قال الله
عز وجل: } وَالسَّابِقُونَ الْأوََّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأنَْصَارِ وَالَّذِينَ اتبََّعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللََّّ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ {
[التوبة: 100

Pertama, kita wajib mengetahui bahwa Salafi tidak hanya terbatas ada kelompok tertentu. Semua yang berpegang dengan mazhab Salaf adalah Salafi. Inilah Salafi, apakah zaman terdahulu ataupun zaman belakangan.



 Adapun kita jadikan Salaf pada kelompok tertentu dengan mengatakan, “Mereka adalah orang-orang Salafi dan mereka adalah orang-orang rasionalis”. Itu keliru. Perlu diketahui bahwa ada diantara ulama yang lebih mengedepankan aspek akal dan ada pula yang lebih mengedepankan aspek syar’i. Oleh sebab itu Anda temukan di dalam kitab-kitab perbedaan fiqh. Apabila mereka ingin bicara tentang mazhab Hanafi, mereka sebut orang-orang Mazhab Hanafi itu adalah ahli ra’yi (pendapat), karena diantara diantara para ahli Fiqh itu ada yang ahli dalil da nada pula ahli ra’yi (pendapat).
Ambillah kaedah ini, “Salafi adalah orang yang berpegang pada mazhab Salaf, bukan khusus untuk kelompok tertentu”. Kita tidak boleh mengelompokkan orang, lalu mengatakan, “Mereka Salafi dan mereka orang-orang Rasionalis”, atau kalimat seperti itu.
Saya katakakan, “Salafi adalah orang yang berpegang kepada mazhab Salaf dalam aqidah, ucapan dan perbuatan, di setiap tempat. Tidak benar jika kita membagi kaum muslimin dengan mengatakan, “Ini orang rasionalis”, dan, “Ini Salafi”, atau seperti itu. Akan tetapi semuanya wajib Salafi, bukan masalah kelompok, akan tetapi masalah kebenaran. Allah Swt berfirman, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah”. (Qs. At-Taubah [9]: 100)302.

Pendapat-Pendapat Kontra:
Pendapat Syekh Ahmad bin Muhammad ash-Shawi al-Maliki (w.1241H)303:
أَفَمَنْ زُي نَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآَهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَََّّ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلَا تَذْهَبْ نَعْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَََّّ عَلِيمٌ بِمَا
يَصْنَعُونَ . هذه الاية نزلت في الخوار الذين يحرفون تأويل الكتاب والسنة ويستحلون بذلك دماء المسلمين وأموالهم كما هو
مشاهد الآن في نظائرهم وهم فرقة بأرض الحجاز يقال لهم الوهابية يحسبون أنهم على شيء ألا إنهم هم الكاذبون

“Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (Qs. Fathir [35]: 8). Ayat ini turun pada orang-orang Khawarij yang menyelewengkan penakwilan al-Qur’an dan Sunnah, dengan itu mereka menghalalkan darah dan harta kaum muslimin, sebagaimana yang dapat disaksikan saat sekarang ini pada kelompok yang sama dengan mereka yaitu satu kelompok di  bumi Hijaz, mereka disebut al-Wahhabiyyah, mereka menyangka bahwa mereka di atas sesuatu, padahal mereka adalah para pendusta304.

 Pendapat Syekh Ibnu ‘Abidin (1198-1252H)305:
مطلب في أتباع محمد بن عبد الوهاب الخوار في زمننا: كما وقا في زمننا في أتباع ابن عبد الوهاب الذين خرجوا من نجد
وتغلبوا على الحرمين وكانوا ينتحلون مذهب الحنابلة لكنهم اعتقدوا أنهم هم المسلمون وأن من خالف اعتقادهم مشركون
واستباحوا بذلك قتل أهل السنة وقتل علمائهم حتى كسر الله شوكتهم وخرب بلادهم وظعر بهم عساكر المسلمين عام ثلاث
وثلاثين ومائتين وألف

Sub Pembahasan: Tentang para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab seorang Khawarij di zaman kita. Sebagaimana telah terjadi di zaman kita tentang para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab yang telah keluar dari Nejed, mereka menguasai Mekah dan Madinah. Mereka mengikut mazhab Hanbali. Menurut mereka hanya mereka sajalah yang disebut kaum muslimin, siapa saja yang berbeda dengan keyakinan mereka maka mereka adalah orang-orang musyrik. Dengan itu mereka menghalalkan pembunuhan terhadap Ahlussunnah, membunuh para ulama Ahlussunnah, hingga Allah Swt menghancurkan kekuatan mereka dan menghancurkan negeri mereka. Pasukan kaum muslimin berhasil menumpas mereka pada tahun 1233H306.

 Pendapat Syekh Ibnu Humaid an-Najdi (1236-1295H)307:
عبد الوهاب بن سليمان التميمي النجدي وهو والد صاحب الدعوة التي انتشر شررها في الآفاق لكن بينهما تباين ما أن
محمدا لم يتظاهر بالدعوة إلا بعد موت والده وأخبرني بعض من لقيته عن بعض أهل العلم عمن عاصر الشيخ عبد الوهاب
هذا أنه كان غاضبا على ولده محمد لكونه لم يرض أن يشتغل بالعقه كأسلافه وأهل جهته ويتعرس فيه أنه يحدث منه أمر.
ف كان يقول للناس: يا ما ترون من محمد من الشر فقدر الله أن صار ما صار وكذلك ابنه سليمان أخو محمد كان منافيا له في
دعوته ورد عليه ردا جيدا بالآيات والآثار وسمى الشيخ سليمان رده عليه فصل الخطاب في الرد على محمد بن عبد الوهاب
وسلمه الله من شره ومكره ما تلك الصولة الهائلة التي أرعبت الأباعد فإنه كان إذا باينه أحد ورد عليه ولم يقدر على قتله
مجاهرة يرسل إليه من يغتاله في فراشه أو في السوق ليلا لقوله بتكعير من خالعه استحلال قتله

 Abdul Wahhab bin Sulaiman at-Tamimi an-Najdi. Beliau adalah ayah dari pendiri kelompok yang kejahatannya telah menyebar di seluruh penjuru. Akan tetapi antara ayah dan anak ada perbedaan. Muhammad bin Abdul Wahhab tidak memperlihatkan seruannya melainkan setelah ayahnya wafat. Sebagian orang yang saya temui memberitahukan kepada saya, diriwayatkan dari sebagian ulama yang sezaman dengan Syekh Abdul Wahhab. Bahwa ia marah kepada anaknya yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab, karena ia tidak mau menekuni fiqh seperti para pendahulunya dan penduduk negerinya. Syekh Abdul Wahhab telah memiliki firasat bahwa akan terjadi sesuatu pada anaknya itu. Syekh Abdul Wahhab berkata kepada orang banyak: “Jika kalian akan melihat kejahatan pada diri Muhammad bin Abdul Wahab, itu adalah takdir Allah, ia akan menjadi seperti itu”. Demikian juga dengan anaknya yang bernama Sulaiman bin Abdul Wahab, saudara kandung Muhammad bin Abdul Wahhab, ia menafikan seruan saudaranya itu dan menolaknya dengan penolakan yang sangat baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan Atsar. Syekh Sulaiman bin Abdul Wahhab memberi judul penolakannya itu dengan judul Fashl al-Khithab fi ar-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah Swt telah menyelamatkan Syekh Sulaiman dari kejahatan dan makar saudara kandungnya itu, meskipun Muhammad bin Abdul Wahhab melakukan serangan besar dan mengerikan yang menakutkan orang-orang yang jauh darinya. Jika ada orang yang menentang dan menolaknya, jika ia tidak mampu membunuh orang itu terang-terangan, maka ia akan mengirim seseorang untuk menculik orang tersebut dari atas tempat tidurnya atau di pasar. Itu semua karena ia mengkafirkan siapa saja yang berbeda pendapat dengannya, ia menghalalkan darahnya308.

Pernyataan Syekh Zaini Dahlan (1231-1304H)309 Mufti Mazhab Syafi’i di Hijaz:
هذا حاصل ما كان في قصة الوهابي بغاية الإختصار ولو بسط الكلام في كل قضية لطال، وكانت فتنتهم من المصائب التي
أصيب بها أهل الإسلام فإنهم سعكوا كثيرا من الدماء وانتهبوا كثيرا من الأموال، وعم ضررهم، وتطاير شررهم فلا حول ولا
قوة إلا بالله، وكثير من أحاديث النبي صلى الله عليه وسلم فيها التصريح بهذه العتنة كقوله صلى الله عليه وسلم : يخر
أناس من قبل المشرق يقرأون القرآن لا يجاوز تراقيهم يمرقوم من الدين كما يمرق السهم من الرمية سيماهم التحليق. وهذا
الحديث جاء بروايات كثيرة بعضها في صحيح البخاري وبعضها في غيره لا حاجة لنا إلى الإطالة بنقل تلك الروايات ولا لذكر
من خرجها لأنها صحيحة مشهورة. فعي قوله سيماهم التحليق، تصريح بهذه الطائعة لأنهم كانوا يأمرون كل من اتبعهم أن
يحلق رأسه ولم يكن هذا الوصف لأحد من طوائف الخوار والمبتدعة الذين كانوا قبل زمن هيلاء.

Inilah kesimpulan tentang kisah Wahhabi dengan sangat ringkas. Andai pembahasan dibuat panjang lebar, pastilah sangat panjang. Musibah Wahhabi adalah satu diantara musibah-musibah yang menimpa ummat Islam. Salafi-Wahhabi telah menumpahkan banyak darah, telah merampas banyak harta, mudharat mereka telah menyebar, kejahatan mereka telah meluas, tiada daya dan upaya kecuali hanya dengan Allah Swt. Banyak hadits-hadits Rasulullah Saw yang di dalamnya jelas menyeutkan musibah Wahhabi ini, seperti sabda Rasulullah Saw, “Akan datang orang-orang dari arah timur, mereka membaca al-Qur’an, tidak melewati tenggorokan mereka, mereka telah keluar dari agama Islam seperti keluarnya anak panah dari busurnya. Ciri tanda mereka adalah mencukur rambut”. Hadits ini disebutkan dalam banyak riwayat, sebagiannya dalam Shahih al-Bukhari, sebagian yang lain di lain kitab, tidak perlu kita sebutkan riwayat-riwayat tersebut panjang lebar, juga tidak perlu menyebutkan para ulama yang meriwayatkannya, karena hadits ini shahih masyhur. Dalam hadits tersebut disebutkan, “Ciri tanda mereka adalah mencukur rambut”. Ini jelas menunjukkan kelompok Salafi Wahhabi, karena mereka (dulu)  memerintahkan semua pengikut mereka agar mencukur rambut. Ciri ini tidak ada pada seorang pun dari kelompok Khawarij dan pelaku Bid’ah yang ada sebelum zaman Salafi-Wahhabi310.

Syekh Zaini Dahlan melanjutkan,

وكانوا يمنعون من قراءة دلائل الخيرات المشتملة على الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم وعلى ذكرها كثير من أوصافه
الكاملة ويقولون إن ذلك شرك. ويمنعون من الصلاة عليه صلى الله عليه وسلم على المنابر بعد الأذان حتى أن رجلا صالحا
كان أعمى وكان ميذنا وصلى على النبي صلى الله عليه وسلم بعد الأذان بعد أن كان المنا منهم، فأتوا به إلى ابن عبد
الوهاب فأمر به أن يقتل فقتل ولو تتبعت لك ما كانوا يععلونه من أمثال ذلك لملأت الدفاتر والأوراق وفي هذا القدر كعاية والله
سبحانه وتعالى أعلم.

Mereka (Salafi-Wahhabi) melarang membaca Dala’il al-Khairat yang berisi shalat kepada Rasulullah Saw dan banyak menyebut tentang sifat-sifat Rasulullah Saw yang sempurna, mereka mengatakan bahwa itu syirik. Mereka melarang bershalawat di atas mimbar setelah adzan. Bahkan seorang laki-laki shaleh yang buta, ia seorang muadzin, ia bershalawat setelah adzan, setelah dilarang Salafi-Wahhabi, lalu Salafi-Wahhabi membawa muadzin buta itu kepada Muhammad bin Abdul Wahhab. Kemudian Muhammad bin Abdul Wahhab memerintahkan supaya muadzin buta itu dibunuh, lalu ia pun dibunuh. Jika saya sebutkan kepada Anda semua contoh-contoh yang telah mereka lakukan, pastilah catatan dan kertas akan penuh. Cukuplah sekadar ini saja, Allah Swt yang lebih mengetahui311.
Masa lalu Salafi-Wahhabi yang keras dan penuh dengan sikap ekstrim itu terus berlanjut hingga ke zaman moderen ini. Seperti pengakuan para ulama moderen:

Pengakuan Syekh DR.Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi (1929-2013M)312:
كنت في هذا العام المنصرم 1406 ه واحدا ممن استضافتهم رابطة العالم الإسلامي للإشتراك في الموسم الثقافي، وأتيح لي
بهذه المناسبة أن أتعرف على كثير من ضيوف الرابطة الذين جاؤوا من أوربا وأمريكا وآسيا وإفريقيا، وأكثرهم يشرفون في
الأصقاع التي أتوا منها على مراكز الدعوة الإسلامية أو يعملون فيها. والعجيب الذي لا بد أ يهيج آلاما ممزقة في نعس كل
مسلم أخلص لله في إسلامه، أنني عند ما كنت أسأل كلا منهم عن سيرة الدعوة الإسلامية في تلك الجهات، أسما جوابا
واحدا يطلقه كل من هيلاء الإخوة على انعراد، بمرارة وأسى، خلاصته: المشكلة الوحيدة عندنا هي الخلافات والخصومات
الطاحنة التي تثيرها بيننا جماعة السلعية...

Pada tahun 1406H ini saya menjadi salah satu tamu Rabithah al-‘Alam al-Islamy (Ikatan Dunia Islam) untuk ikut serta pada Agenda Tahunan Keilmuan. Dengan momen ini saya diberi kesempatan untuk berkenalan dengan para tamu Rabithah al-‘Alam al-Islamy yang datang dari Eropa, Amerika, Asia dan Afrika. Sebagian besar mereka adalah ketua atau pengurus pusat da’wah Islam di tempat tinggal mereka. Keanehan yang pasti membangkitkan rasa sakit yang merobek-robek pada diri setiap muslim yang ikhlas karena Allah dan Islam. Ketika saya bertanya pada setiap mereka tentang perjalanan Da’wah Islam di tempat mereka masing-masing, saya mendapatkan jawaban yang sama, meskipun dialog itu dilakukan terpisah, rasa sakit dan putus asa.



Kesimpulannya, satu-satunya masalah yang ada pada kami adalah ikhtilaf dan permusuhan keras diantara kami yang dibangkitkan oleh jamaah Salafi313.

ولقد اشتدت هذه الخصومات منذ بضا سنوات، في مسجد واشنطون، إلى درجة ألجأت السلطات الأمريكية إلى التدخل، ثم
إلى إغلاق المسجد لبضعة شهور

Permusuhan semakin keras sejak beberapa tahun belakangan di masjid Washington, hingga Pemerintah Amerika terpaksa menginterfensi konflik tersebut, kemudian masjid ditutup untuk beberapa bulan.

ولقد اشتدت هذه الخصومات ذاتها واهتاجت، في أحد مساجد باريس منذ ثلاثة أعوام، حتى اضطرت الشرطة العرنسية إلى
اقتحام المسجد. والمضحك والمبكي بآن واحد، أن أحد أطراف تلك الخصومة أخذته الغيرة الحمقاء لدين الله ولحرمة
المساجد، لما رأى أحد الشرطة داخلا المسجد بحذائه فصاح فيه أن يخر أو يخلا حذاءه. ولكن الشرطي صععه قائلا: وهل
ألجأنا إلى إقتحام المسجد على هذه الحال غيركم أيها السخعاء؟!

Permusuhan semakin keras dan sengit, terjadi di salah satu masjid di kota Paris sejak tiga tahun belakangan, hingga Kepolisian Perancis terpaksa mengambil tindakan dengan menerobos masuk masjid. Lucu sekaligus menangis pada waktu yang sama, salah satu pihak dari yang berkonflik itu dikuasai semangat dungu untuk agama Allah dan kemuliaan masjid, ketika ia melihat seorang polisi masuk ke dalam masjid mengenakan sepatu, ia pun berteriak supaya polisi itu keluar masjid atau melepas sepatunya. Tapi polisi itu menepisnya seraya berkata, “Bukankah kalian yang membuat kami menerobos masjid dengan cara seperti ini wahai orang-orang dungu?!”314.
Meskipun Salafi-Wahhabi moderen tidak lagi menggunakan pedang untuk menghabisi orang-orang yang tidak sependapat dengan mereka, tapi lidah mereka tidak kalah tajam daripada pedang yang pernah mereka hunuskan.

Kecaman Ulama Salafi-Wahhabi Terhadap Ulama Lain:
30 Caci Maki al-Albani Terhadap Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah.
Berikut ini pengakuan Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah:
وصرت أنا عنده في تلك المقدمة: صاحب ثلاثين وصعا من )التعصب، وتعمد الكذب، والتزوير، والافتراء، والجور،
والضلال.....، .......، إلى المخبر والجاسوس

“Saya (Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah) baginya (bagi al-Albani) dalam Muqaddimah itu (Muqaddimah kitab Syarh al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah) pemilik tiga puluh sifat (caci maki dan sumpah serapah), diantaranya: fanatik, sengaja berdusta, pemalsu, pendusta, sesat,….,….. hingga spionase dan mata-mata”.
Selanjutnya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah mengatakan,

أن الألباني في نزاعه لم يسلك خطة ادب الخلاف عند العلماء، ولم يكن لسانه بالعف النزيه، ولا خلقه بالرادع له عن الاقذاع
والشتم لمخالعيه، وأن نقاشه لأهل العلم يقوم على تجهيل غيره وتضليله



“Sesungguhnya al-Albani dalam kecenderungannya tidak melewati langkah adab etika khilaf pada ulama. Lidah al-Albani bukanlah lidah yang terjaga dan tidak bersih. Akhlaknya tidak dapat mencegahnya untuk tidak bersikap kasar dan menahan caci maki terhadap orang-orang yang berbeda pendapat dengannya. Debatnya dengan para ulama berdasarkan sikap membodohkan orang lain dan menyesatkan orang lain”315.

Bahkan Syekh Hasan as-Saqqaf menulis kitab khusus berjudul Qamus Syata’im al-Albani (Kamus Caci-maki al-Albani), buku setebal 206 halaman ini berisi caci-maki al-Albani terhadap para ulama.

Syekh Muqbil Menyebut Syekh Yusuf al-Qaradhawi Sebagai Anjing.
Syekh Muqbil al-Wadi’i menulis kitab berjudul:

إسكات الكلب العاوي يوسف بن عبد الله القرضاوي

(Iskat al-Kalb al-‘Awy Yusuf Ibni ‘Abdillah al-Qaradhawi)
Membungkam Anjing Menggonggong Yusuf bin Abdillah al-Qaradhawi.
Sungguh kata yang sangat tidak layak digunakan terhadap ulama. Buku ini 80 halaman, diterbitkan oleh Dar al-Atsar tahun 2005M.

 Sesama Salafi-Wahhabi Saling Menyerang.
Syekh Hamud at-Tuwijri Menyebut Syekh al-Albani Pelaku Ilhad (Sesat):

Syekh al-Albani mengaku bahwa Syekh Hamud at-Tuwijri Ulama Salafi Riyadh menuduhnya telah melakukan Ilhad:

ونسبني بسبب مخالعتي إياه للإلحاد

Dia (Syekh Hamud at-Tuwijri) menisbatkan saya (Syekh al-Albani) kepada Ilhad karena saya berbeda pendapat dengannya316.

Syekh DR.Safar al-Hawaly Menyebut al-Albani Golongan Murji’ah317:
والميسف للغاية أن بعض علماء الحديث المعاصرين الملتزمين بمنهج السلف الصالح قد تبعوا هيلاء المرجئة فى القول بأن
الأعمال شرط كمال فقط ، ونسبوا ذلك إلى أهل السنة والجماعة ، كما فعل أولئك الذين ذكرنا بعضهم أعلاه ، ولا أدرى كيف
يوافقون هيلاء فى هذه المسألة العظيمة من مسائل العقيدة التي جاء بيانها في الكتاب والسنة وإجماع السلف كما تقدم – –
وتظافرت عبارات السلف على ذم من خالف فيها ووصعه بالبدعة والضلال كما أسلعنا وهم من ذلك ينعرون منه أشد – –
النعور ، بل ربما حرصوا على مخالعتهم فى أمور أهون من هذه بكثير ، بل ليست من مسائل الاعتقاد أصلا ، وإذا كان مثل
هذا يغتعر للعالم المجتهد الكبير ويضيا فى بحر حسناته وفضائله ، فإن لا يغتعر للذين يقلدونه في ذلك طلبه العلم ، هداني الله
وإياهم للصواب . أنظر : رسالة حكم تارك الصلاة المنسوبة للشيخ الألباني )ص 42

 Sangat disayangkan bahwa sebagian ulama hadits kontemporer yang berpegang teguh dengan manhaj Salafushshalih telah mengikuti orang-orang Murji’ah dalam berpendapat bahwa amal hanyalah syarat sempurna saja (bagi keimanan). Mereka menisbatkan itu kepada Ahlussunnah waljama’ah sebagaimana yang dilakukan sebagian mereka yang telah kami sebutkan di atas. Saya tidak mengerti, mengapa mereka setuju dengan orang-orang Murji’ah dalam masalah yang besar dari masalah ‘Aqidah yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Sunnah serta Ijma’ Salaf. Telah banyak ungkapan kalangan Salaf tentang kecaman terhadap orang-orang yang berbeda pendapat dalam masalah ini, mereka disebut sebagai pelaku bid’ah dan sesat -sebagaimana yang telah kami sebutkan-. Padahal mereka itu sangat menjauhkan diri dari orang-orang Murji’ah, bahkan mereka sangat menentang Murji’ah dalam perkara yang lebih ringan daripada masalah ini, bahkan dalam masalah-masalah yang bukan masalah akidah sama sekali. Jika masalah seperti ini terampuni bagi seorang ulama besar ahli ijtihad namun dapat menyebabkan lautan kebaikan dan keutamannya menjadi sia-sia. Maka tidak terampuni bagi para penuntut ilmu yang mengikutinya dalam masalah tersebut. Semoga Allah Swt memberikan hidayah kepada saya dan mereka ke jalan kebenaran. Lihat Risalah Hukm Tarik ash-Shalat karya Syekh al-Albani, halaman 42318.

Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’.
Lembaga resmi pemerintah Saudi Arabia ini mengeluarkan fatwa:

Bahwa Syekh Ali Hasan al-Halabi seorang berfaham Murji’ah dan batil319.

Akan tetapi Syekh Ali Hasan al-Halabi tidak dapat menerima tuduhan itu, maka ia menulis buku membantah fatwa al-Lajnah ad-Da’imah berjudul al-Ajwibah al-Mutala’imah ‘ala Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah (jawaban-jawaban yang layak terhadap fatwa al-Lajnah ad-Da’imah). Seorang dosen Universitas Umm al-Qura bernama DR.Ahmad Umar Bazamul pula mengkritik Syekh Ali Hasan al-Halabi dengan buku berjudul Shiyanah as-Salafi min Was-wasah wa Talbisat Ali al-Halaby (pemeliharaan seorang Salafi dari keraguan dan kepalsuan Ali al-Halabi). Anehnya, buku Syekh Ali Hasan al-Halabi berjudul at-Tahdzir min Fitnah at-Takfir yang dilarang al-Lajnah ad-Da’imah itu diberi kata pengantar dan komentar oleh Syekh Ibnu Baz dan Syekh Ibnu ‘Utsaimin. Intinya, ketika tidak ada lagi yang perlu dibid’ahkan, maka mereka pun saling membid’ahkan satu sama lain, dan saling membela terhadap fahamnya masing-masing, sudah semacam hoby yang mesti disalurkan. Padahal kaum muslimin di Palestina membutuhkan pertolongan, mereka tetap saja sibuk dengan bid’ah membid’ahkan, sesat menyesatkan sesama mereka.
Syekh ‘Abd al-Muhsin bin Hamd al-‘Abbad al-Badr seorang ulama Salafi-Wahhabi moderat merasa resah melihat pertikaian diantara mereka, maka ia menulis satu kitab berjudul Rifqan Ahl as-Sunnah bi Ahl as-Sunnah (Sikap Lembut Ahlussunnah Terhadap Ahlussunnah), kitab ini mengajak para Salafi-Wahhabi yang bertikai agar kembali ke jalan yang benar. Dalam buku ini beliau ada menulis satu sub judul: [حعظ اللسان من الكلام إلا في خير ] (menjaga lidah agar tidak berbicara melainkan pada kebaikan). Ini respon terhadap Salafi-Wahhabi yang kasar.
Semoga mereka kembali ke jalan yang benar, amin ya Robbal’alamin.

Jika ada jamaah yang bertanya, “Mengapa ustadz-ustadz Salafi-Wahhabi itu mudah sekali menghina dan membodoh-bodohkan orang lain yang tidak sefaham dengan mereka?”. Setelah membaca teks di atas, dapatlah kita fahami, bak kata pepatah, “Bila guru kencing berdiri, maka murid kencing berlari”. Wallahu a’lam bi ash-shawab.


Sumber dari file pdf, 37 Masalah Populer oleh Ustad Abdul Somad Lc MA. Jika terdapat kesalahan copy paste dalam tulisan di atas, terutama untuk huruf arab, silahkan merujuk ke sumber aslinya. Download di sini.



Mau support lewat mana?

Terbantu dengan artikel ini? Ayo balas dengan Support Kami. Tekan tombol merah!
© ARMAILA.com. All rights reserved. Developed by Saifullah.id